Amanat Tjokroaminoto Kepada Anaknya
![Anwar Tjokroaminoto](https://serbasejarah.files.wordpress.com/2015/04/anwar-tjokro.jpg?w=318&h=424)
Anwar Tjokroaminoto menjawab : “ Ada, tetapi apa maksud saudara bertanya demikian?”
“Kalau ada, sebenarnya mengherankan kami
sebab kami tidak pernah mendengar bahwa almarhum semasa hidupnya ada
mempunyai harta kekayaan !”
“Memang yang saya maksudkan bukan
peninggalan yang berupa harta-benda, tetapi merupakan pesan-pesan.
Mula-mula saya sendiri tidak sadar bahwa apa-apa yang dikatakannya itu
merupakan pesan-pesan yang berharga. Tetapi beberapa waktu sesudah
wafatnya, barulah saya sadar akan hal itu”
Para tamu itu hampir semuanya merasa
heran, mengapa kalau ada pesan yang ditinggalkan, tidak diketahui oleh
orang banyak, lebih-lebih oleh orang-orang yang dekat hubungannya dengan
almarhum itu.
“Saya sengaja tidak menyatakan
kata-kata ayah itu oleh karena sifat pesan-pesan itu tidak umum, hanya
merupakan kata-kata seorang ayah dihadapan anaknya”
“Tetapi, kalau saya tidak dianggap
lancang”, kata salah seorang tamu itu – “ingin juga saya dengar, apa
gerangan yang dipesankan kepada saudara itu”.
“Ah, pesan atau wasiat almarhum
Ayahanda itu sebenarnya terlalu sederhana, tidak berarti untuk orang
lain, tetapi besar manfaatnya untuk saya”.
Tamu-tamu itu mendesak juga, dan salah
seorang dari mereka berkata : “ Saudara rupanya belum tahu benar,
siapa-siapa gerangan anak-anak Tjokroaminoto itu. Kami tahu : Anwar
memang anak Tjokroaminoto, Harsono anak Tjokroaminoto, begitu juga
saudara-saudara sekandung dari saudara sendiri. Itu anak-anak yang
terikat oleh darah. Tapi yang disebut anak-anak Tjokroaminoto itu
bukanlah semata-mata anak-anaknya yang terikat oleh darah, bukan
semata-mata yang dilahirkan oleh istrinya, tetapi masih ada yang lain.
Banyak dari golongan kamu Muslimin yang mengakui Tjokroaminoto sebagai
bapaknya, sebagai ayahnya. Mereka inipun juga anak-anak Tjokroaminoto,
bukan anak-anak yang terikat oleh darah, tetapi terikat oleh ruh,
terikat oleh jiwa !
Kalau ada peninggalan yang merupakan
harta-benda, misalnya rumah, sawah, uang dan sebagainya, itu adalah
menjadi hak-milik anak-anak yang terikat oleh darah Tjokroaminoto.
Tetapi kalau ada peninggalan yang berupa ilmu, yang harus dini’mati
manfaatnya oleh Ummat, kalau merupakan nasehat yang harus diamalkan oleh
Ummat, peninggalan-peninggalan yang serupa itu bukanlah menjadi hak
milik anak-anak yang terikat oleh darah saja, tetapi oleh segenap
anak-anaknya yang terikat oleh ruh dengan almarhum Tjokroaminoto itu.
“Oleh karena itu, maka betapapun sederhananya pesan atau wasiat itu meskipun nampaknya bersifat dari ayah kepada anak, tidaklah boleh saudara monopoli sendiri, melainkan haruslah saudara berikan kepada saudara Muslimin lainnya, oleh karena Tjokroaminoto itu adalah Bapak Pergerakan Islam. Kalau saudara berikan kepada kami, misalnya, adakah berkurang yang ada pada saudara? Tidak, bukan? “
Maka mendengar kata-kata indah, mendengar
kata-kata emas dari tamu itu, Anwar Tjokroaminoto lalu menceritakan
apa-apa yang dipesankan kepadanya itu.
Sesudah diteliti masak-masak, ternyata
bahwa wasiat sederhanya itu dititik beratkan kepada tiga perkara, yakni :
(1). Mengenai pengendalian nafsu, (2). Mengenai perkembangan kecerdasan
dan (3) Mengenai kehidupan suci bersih.
Pengendalian Nafsu.
Berkali-kali, didalam waktu sakitnya almarhum Tjokroaminoto mengatakan kepada anaknya : “Lereno mangan sa’durunge wareg !” yang artinya : berhentilah makan sebelum kenyang.
Perintah ini selalu diulang-ulang, padahal bukan adat kebiasaan
sehari-hari beliau memberi perintah kepada anaknya hingga
berulang-ulang.
Pesan ini dijalankan. Tentu saja tidak
seketika itu atau seketika sesudah wafat almarhum. Tetapi sesudah
berlalu rasa sedih-pedih ditinggalkan orang tua. Untung berlalunya
kesedihan itupun tidak memakan waktu banyak. Memang tiap-tiap waktu kita
mengalami kematian, kesedihan pasti menyelubungi kita. Tetapi kesedihan
itu ada saat habisnya.
Cepat atau lambat habisnya kesedihan itu
tergantung kepada diri orang yang menderita kesedihan. Bisa dibikin
lama, bahkan menyebabkan luka dijantung, bisa pula dibikin singkat
dengan kesadaran, bahwa tiap-tiap yang hidup itu mesti mengalami mati.
Pesan ; “Lereno mangan sa’durunge wareg !
atau berhentilah makan sebelum kenyang, dijalankan, mudah nampaknya,
tetapi sesungguhnya berat. Tidakkah berat, kalau kita berhenti makan
pada waktu lidah kita belum selesai meni’mati kelezatan makanan? Tidakah
berat rasanya, berhenti makan, diwaktu perut kita belum benar-benar
puas? Padahal makanan lezat masih ada dihadapan kita, dan tidak
seorangpun yang akan melarang kita?
Jika pada waktu makan, kita selalu
memakai dasar “berhenti sebelum kenyang” dan benar-benar bisa
dijalankan, apa yang terlatih oleh karenanya? Bukan perut kita ! Sebab
meskipun selalu berhenti makan sebelum kenyang, siperut tetap bisa
merasa lapar dan tetap pula bisa merasa kenyang.
Bukan pula lidah kita ! Sebab lidah tetap bisa membeda-bedakan apa yang lezat dan yang tidak lezat.
Yang terlatih itu ialah hati kita.
Tiap-tiap manusia mesti mempunyai keinginan didalam hatinya, tetapi
keinginan itu bisa dikendalikan, bisa diarahkan kepada jalan yang baik,
sehingga menjadi semangat yang membaja.
Latihan “berhenti makan sebelum kenyang”
itu pun melindungi hati, dari keinginan serakah, loba dan tamak, dari
perbuatan-perbuatan korupsi dan sebagainya, tetapi pun menimbulkan
kemauan yang keras, untuk mengendalikan nafsu kita, mendidik kita kepada
sabar didalam menghadapi segala malapetaka dan kekuatan hati didalam
menghadapi semua bujukan kepada kenikmatan-kenikmatan yang dibisikan
orang atau iblis kepada kita.
Perkembangan Kecerdasan
“GUNAKANLAH lima menit setiap malam buat membulatkan pikiran !”
itulah pesan kedua, yang juga berulang-ulang dikatakan. Walaupun
didalam Sholat, kita diharuskan khusu, tak kurang pikiran jarang sekali
bisa bulat kepada Allah yang sedang kita sembah.
Membulatkan pikiran itu, bukan melamun.
Membulatkan pikiran, ialah mengatur pikiran kita. Banyak orang yang bisa
berpikir, tetapi pikirannya itu tidak merupakan daya cipta, tidak
merupakan sebab yang menimbulkan akibat.
Berpikirnya tidak menimbulkan rencana dalam kenangannya, dan meskipun
bisa membentuk rencana, bukanlah rencana yang bisa dikerjakan.
Berpikir adalah mencipta! Itupun bagi orang yang pandai mengatur cara berpikirnya.
Membulatkan pikiran adalah menghimpun segala pikiran kita kepada satu soal, kepada satu tujuan!
Tiap-tiap soal yang harus kita pecahkan,
tidaklah mudah pemecahannya itu, jika kita tidak membulatkan pikiran
kita kesana. Kita jelajah soal itu, kita pandang soal itu dari segala
sudut!
Pun dalam mendalami ilmu. Tidaklah mudah
ilmu bisa meresap kepada kita, jika tidak dengan sepenuh-penuhnya
pikiran kita mempelajari ilmu itu.
Latihan membulatkan pikiran lima menit
tiap-tiap malam itupun tidak semudah persangkaan orang. Bulat-bulat lima
menit, acapkali sebelum lewat lima menit itu pikiran sudah terbelokan
kelain jurusan. Tetapi jika dibiasakan, pastilah besar manfaatnya,
karena kebiasaan membulatkan pikiran itu, memudahkan kita memecahkan
sesuatu soal dan memudahkan kita menyelami sesuatu ilmu.
Dengan cara cepat pula, kebiasaan yang
demikian itu menyebabkan tumbunya perkembangan kecerdasan kita,
menyebabkan kecerdasaan kita bernilai tinggi.
Kehidupan Suci
Pesan ketiga, sebenarnya tidak merupakan
pesan, melainkan merupakan pertanyaan yang sukar dijawab, bahkan
sebenarnya sampai kinipun tidak terjawab.
Almarhum bertanya berkali-kali : “Bagaimana caranya, supaya bisa bersih sebelum wudhu?”
Bagi orang Islam, tidak bisa Sholat sah,
jika tidak didahului dengan mengambil air wudhu, meskipun berwudhu
sendiri hukumnya sunnat. Jadi sukarlah kiranya orang bisa mengatakan
dirinya sudah bersih (siap) guna melakukan Sholat.
Tetapi bagaimanapun sukarnya pertanyaan
tak urung pertanyaan itu tetap menjadi bahan yang ditinggalkan untuk
selalu mencari……………….(maaf untuk point ketiga ini tidak dikutip lengkap semuanya)
Mungkin kelak, salah seorang atau lebih dari Ummat Islam yang membaca ini bisa mendapatkannya… Wallahu A’lam.. Mudah-mudahan.
Maka dari mulut-kemulut wasiat
sederhana yang diceritakan oleh Anwar Tjokroaminoto itupun mulai
tersiar, kendatipun tersiarnya itu tidak begitu luas !
Kini wasiat atau amanat sederhana itu
yang mula-mula merupakan amanat seorang ayah kepada anaknya, kini
menjadi beberapa rangkaian kalimat pusaka dari almarhum H.O.S.
Tjokroaminoto untuk Ummat, menjadi amanat yang tiada mudah dilupakan.
Referensi (Sumber) :
H.O. S. Tjokroaminoto : Hidup dan Perjuangan (jilid ke dua), Amelz, Bulan-Bintang
*Foto : Bapak Anwar Tjokroaminoto, putra kedua H.O.S Tjokroaminoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar